Breaking News
Home / Syeikhona Prof. Dr. KH. Abd Muiz Kabry / Al-Qaulu Shadiq / Hal-Hal Yang Mewajibkan Sikap Istiqamah

Hal-Hal Yang Mewajibkan Sikap Istiqamah

Sesungguhnya hal-hal yang mewajibkan sikap Istiqamah pada saat terpusatnya ingatan disisi Allah swt.yaitu :

Bersemedinya sihamba pada Tuhannya.

sikap istiqamahJika telah terpusat(terkonsentrasi) ingatan  sihamba,pada saat itulah dipandang sihamba sampai pada tahunnya dengan tanpa perantara lagi,seandainya masih ada terdapat perantara (terbit) diantaranya,niscaya Tuhan tidak mengetahui pangkal pokok hati disat ia mengingat.

Firman tuhan dalam surat Al-Qaaf ayat 16 :

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ (١٦)

Artinya:”Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dan kami mengetahui apa yang bisikkan oleh hatinya dan kami lebih dekat dari pada urat lehernya”.

Sesungguhnya tali kerongkongan itu berdekatan dalam posisi kembar tanpa ada yang memisahkannya (perantaranya),jadi begitu eratnya hubungan sihamba dengan tuhannya sehingga sulit untuk diduga,hanya tuhanlah yang mengetahuinya. Inilah yang dimaksud oleh ahli-ahli tashawuf dengan kata-katanya:

 “SIBAWANI TEMMASSARANG ATAE NAPUANNA”

Artinya:”Telah bersama dengan tanpa tabir (perantara) suhamba dengan Tuhannya”.

Hal ini disandarkan pada  firman Tuhan dalam surat al-Hadid ayat 4 :

… وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ …(٤)

Artinya :”Dan Dia bersama kamu dimana saja kamu berada”.

Jadi bersemedinya hamba pada Tuhannya,berarti tidak ada lagi perpisahan semasih ia hidup sampai setelah matinya.

Bersatunya sihamba dengan Tuhannya.

Jika telah berkonsenterasi ingatan sihamba pada Tuhannya pada saat diucapkan oleh lidahnya atau diikrarkannya dalam kalimat (    لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ     ) atau اَلله jelas dalam hatinya telah tertanam bahwa Tuhan yang maha esa,sesungguhnya lafadh jalal,adalah salah satu nama kebesaran Allah swt.yang menunjuk pada Zat keesahanNya. Sesungguhnya sifat”yang ada”(al-Wujud),adalah sifat “Nafsiyah”( نَفْسِيَّةٌ ),yang dimiliki Allah swt.,artinya,sifat tersebut hanya dipergunakan untuk menunjukkan Zat ke-Esaan Allah swt.sebagaimana juga sifat ke-Tuhannya.

Maka menjadi keharusan bagi kita meyakini dalam hati pada saat terpusatnya ingatan”ADA TUHAN YANG MAHA ESA”,artinya tuhan yang maha esa ini mengingat pada dasarnya,dirinya sendirilah yang diingat. Karena sesungguhnya ingatan yang dipakai mengingat oleh si hamba,juga datangnya dari allah swt.

Maka wajiblah menjadi ketetapan bagi kita bahwa sihamba pada keadaan yang semacam itu benar-benar telah meng-Esakan Tuhannya,karena telah diarahkannya ingatannya kesisi arah Tuhannya,sebab ia pun telah meyakini benar bahwa dari Tuhan lah semata-mata datangnya ingatan itu. Inilah yang dimaksud oleh ahli tashawuf “TELAH BERSATU TANPA BATAS ANTARA SIHAMBA DENGAN KHALIDNYA”.

Inipula dimaksudkan dengna kata-katanya :

اَلْعَا بِدُ وَاْلمَعْبُوْدُ وَاحِدٌ

Artinya:”Adapun yang menyembah dan yang disembah hanyalah satu”.

Asal mula kalimat ini berbunyi :

اَلْعَا بِدُ وَاحِدٌ وَاْلمَعْبُوْدُ وَاحِدٌ

Artinya:”Yang menyembah satu,dan yang disembahpun adalah satu”.

Jelaslah kelainan sihamba dengan khalidnya,sebab pengakuannya terhadap tuhannya  dalam wujud penyembahan dan pengakuan tuhan terhadap hambanya berdasarkan penyerahan diri sepenuhnya oleh sihamba kepadaNya. Dan Tuhan pun memberikan Rahmat yang kekal kepada hambanya.

Firman Tuhan dalam surat Luqman ayat 22 :

وَعَلَيْهَا وَعَلَى الْفُلْكِ تُحْمَلُونَ (٢٢)

 Artinya:”Dan barangsiapa menyerahkan diri kepada Allah swt. Sedang dia orang yang berbuat kebaikan,maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul(tali yang kokoh). Artinya,dalam meng-Esakannya Tuhannya.

Dalam surat al-Baqarah ayat 112 Tuhan berfirman :

بَلَى مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِنْدَ رَبِّهِ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ (١١٢)

Artinya:”Bahkan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah swt.sedang dia berbuat kebajikan,maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hatinya”.

Posisi sihamba bersemedinya pada Tuhannya.

Jika sihamba telah bersemedi dengan Tuhannya,wajiblah dii’tiqadkan bahwa sesungguhnya sihamba adalah hamba dan Tuhan adalah tetap tuhan,karena adanya rahmat dan ada juga diberi rahmat yaitu ingatan yang dikaruniakan Allah swt.pada hambanya atau syurga pada hari akhirat.

Sesungguhnya menjadi teradisi apabila rahmat dan ada juga yang diberi rahmat,dan telah jelas bahwa yang ember Rahmat adalah Tuhan sendiri sebab dari sanalah sumber “Ingatan”. Dan Dia pulalah kelak yang menganugrahkan Rahmat syurga.

Sabda Rasulullah saw:

الذِّ كْرُ نِعْمَةٌ مِنَ اللهِ فَأَدُّوْا شُكْرَهَا

Artinya:”Ingatan itu adalah nikmat yang kelak dari Allah swt.,justru itulah kamu berkewajiban melaksanakan dan mensyukurinya”.

Jadi jelaslah bahwa sihamba itu orang yang diberi rahmat,sebab dialah yang baru mengingat apabila diberi ingatan,itulah sebabnya nanti dianugrahkan syurga kepadanya. Jadi mustahillah sihamba menjadi khaliq (Tuhan),sebagaimana pula tidak mungkinnya Tuhan itu menjadi hamba.

Firman tuhan dalam surat al-Baqarah ayat 152 :

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلا تَكْفُرُونِ (١٥٢)

Artinya:”Dan bersyukurlah kepada-Ku,dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku”.

Maksudnya,hendaklah kamu mensyukuri rahmat yang telah diberikan oleh Allah swt.kepadamu,yaitu “Ingatan”pada waktu kamu didunia,dan syurga pada hari kemudian kelak. Dan jangan sekali-kali kamu menyangkalnya,barangsiapa yang mengi’tiqadkan bahwa tidak ada lagi hamba,tinggal Tuhan semata-mata,disaat sihamba telah bersemedi pada Tuhannya maka sikap yang semacam itu telah menempatkan dirinya sebagai Tuhan dan telah mengingkari pula Tuhannya. Tidak ada keragu-raguan lagi bahwa dalam keadaan yang demikian itu sihamba telah terjerumus dalam kekafiran.

Dan akhirnya kita panjatkan Allah swt,mudah-mudahan kita semua diberi rahmat dan taufiqnya untuk mengikuti jejak rasulullah saw.dalam bentuk pengabdian dzahir maupun dalam batin (hakikatnya),agar kita dapat selamat dan mendapatkan kebahagiaan selamanya didunia dan akhirat.

Silahkan berkunjung ke laman sosial kami  likehistory2   follow-us-on-twitter

Terjemah Kitab :

اَلْقَوْلُ الصَّادِقُ فىِ مَعْرِفَةِ اْلخَالِقِ

Karya KH. Abd Rahman Ambo Dalle

Oleh : KH. Abd Muiz Kabry

Pare-Pare, 18 Jumadil Akhir 1396 H / 17 Mei 1976 M

Facebook Comments Box

Check Also

aswaja

Problematika Ahlussunnah Wal Jamaah ( Aswaja )

Pengertian Ahlussunnah Wal Jamaah Kata “Ahlussunnah” terdiri dari dua suku kata yaitu ’ahlu’ yang berarti …