Kisah Perang Hunain
Perang Hunain adalah pertempuran antara Rasulullah SAW dan pengikutnya melawan kaum Badui dari suku Hawazin dan Tsaqif pada tahun 630 M atau 8 H, di sebuah pada salah satu jalan dari Mekkah ke Thaif. Pertempuran ini berakhir dengan kemenangan telak bagi kaum Muslimin, yang juga berhasil memperoleh rampasan perang yang banyak. Pertempuran Hunain merupakan salah satu pertempuran yang disebutkan dalam Al-Qur’an, yaitu surat At-Taubah 25-26.[3]
Sebab Perang Hunain
Peperangan ini terjadi karena para pemimpin suku Hawazin dan Tsaqif merasa tidak senang melihat kemenangan yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya dan kaum Muslimin yang telah berhasil menaklukan kota Mekkah, dan bangsa Quraisy. Dibawah pimpinan Malik bin Auf, salah seorang tokoh Hawazin, mereka menghimpin suatu kekuatan besar di Authas (tempat antara Mekkah dan Thaif) dengan mengerahkan seluruh harta kekayaan, wanita dan anak-anak mereka. Hal ini mereka lakukan agar mereka tidak lari meninggalkan medan pertempuran, demi mempertahankan keluarga, harta kekayaan dan anak. Menghadapi kekuatan ini Rasulullah saw pada tanggal 6 Syawal bergerak menuju mereka bersama 12.000 kaum Muslimin. 10.000 dari penduduk Madinah dan 2.000 dari penduduk Mekkah.
Rasulullah saw mengutus Abdullah bin Hadrad al Aslami pergi menyelusup ke dalam barisan kaum Musyrikin guna mendapatkan informasi mengenai mereka. Setelah berhasil menyelusup dan mengelilingi perkemahan mereka, ia kembali kepada Rasulullah saw melaporkan informasi tentang mereka. Dalam perispaan menghadapi peperangan ini, disebutkan kepada Rasulullah saw bahwa Sofwan bin Umaiyah punya sejumlah baju bersi dan senjata. Kemudian Rasulullahs aw mengutus utusan kepadanya, waktu itu Sofwan bin Umaiyah masih musyrik, untuk meminta baju-baju besi dan senjata tersebut. Lalu Sofwan bertanya :“Apakah dengan cara gasap wahai Rasulullah ?“ Nabi saw menjawab :“Bahkan sebagai barang pinjaman. Ia terjamin hingga kami menunaikannya kepada kamu.“ Akhirnya Sofwan meminjamkannya kepada Rasulullah saw saw seratus baju besi dan sejumlah senjata.
Setelah mengetahui keberangkatan Rasulullah saw,Malik bin Auf segera menempatkan pasukannya di lembah Hunain dan menyebar mereka di seluruh lorong persembunyian lembah tersebut guna melancarkan serangan mendadak dan serempak kepada Rasulullah saw dan para sahabatnya.
Kaum Muslimin sampai di lembah Hunain kemudian menuruni lembah tersebut di pagi hari sekali ketika hari masih gelap. Tetapi mereka dikejutkan oleh serangan mendadak pasukan musyrikin yang keluar menyongsong mereka dari berbagai lorong dan tempat persembunyian lembah, sehingga kuda-kuda mereka berlarian dan orang-orang pun mundur tunggang langgang.
Sementara itu Nabi saw minggir ke arah kanan kemudian memanggil dengan suara keras :“Kemarilah wahai hamba-hamba Allah! Sesungguhnya aku seorang Nabi yang tidak berdusta. Aku adalah anak Abdul Muthalib.“Muslim meriwayatkan dari Abbas ra, katanya : Aku ikut bersama Rasulullah saw dalam perang hunain. Saya bersama Abu Sofyan bin Al-Harits bin Abdul Muthalib selalu berada di atas Baghal putihnya. Ketika kaum Muslimin lari mundur terbirit-birit.
Kemudian Rasulullah saw menunggangi Baghalnya menuju ke arah orang-orang kafir.
Abbas ra berkata : Sedangkan aku memegangi tali kekang Baghal Rasulullah saw menahannya agar tidak terlalu cepat sementara Abu Sofyan memegangi pelananya. Nabi saw lalu bersabda : „Panggillah Ash-habus Samrah (para sahabat yang pernah melakukanbaiat Ridhwan pada tahun Hudaibiyah).“ Kemudian aku panggil dengan suaraku yang keras :“Wahai Ash-habus Samrah!“ Abbas berkata :“Demi Allah, begitu mendengar teriakan itu, mereka segera kembali seperti sapi yang datang memenuhi panggilan anaknya, seraya berkata :“Kami sambut seruanmu, kami sambut seruanmu!“.
Kemudian mereka maju bertempur dengan seruan :“Wahai orang-orang Anshar! “Sementara itu Rasulullah saw memperhatikan pertempuran seraya berkata :“Sekarang pertempuran berkecamuk.“, kemudian beliau mengambil batu-bati kerikil dari tanah dan melemparkannya ke arah wajah orang-orang kafir seraya berkata : „Mampuslah kalian demi Rabb Muhammad!“.
Dalam pada itu Allah pun telah memasukkan rasa gentar ke dalam hati orangorang musyrik sehingga mereka terkalahkan dan lari terbirit-birit hingga meninggalkan medan pertempuran. Kaum Muslimin terus mengejar mereka seraya membunuh dan menangkap sebagian mereka sebagai tawanan, sehingga pasukan Muslimin kembali seraya membawa tawanan ke hadapan Rasulullah saw.
Di dalam peperangan ini Rasulullah saw mengumumkan : Siapa yang telah membunuh seorang musuh dengan memberikan bukti yang kuat maka dia berhak mengambil barang yang terletak di tubuh musuh yang terbunuh itu. Ibnu Ishaq dan lainnya meriwayatkan dari Anas ra, ia berkata : Abu Thalhah telah berhak mengambil barang yang melekat di tubuh musuh yang terbunuh pada perang Hunain, dari 20 orang yang dibunuhnya.
Ibnu Ishaq dan Ibnu Sa‘ad meriwayatkan dengan sanad yang baik bah Rasulullah saw melhiat Ummu Sulaim binti Milham bersama suaminya, Abu Thalhah, kemudian beliau berkata :Ummu Sulaim! .. Ia menjawab : „Ya, wahai Rasulullah. Apakah telah dibunuh mereka yang lari darimu sebagaimana engkau akan membunuh orang-orang yang telah memerangimu?“. Abu Thalhah bertanya kepada Ummu Sulaim yang sedang membawa pisau belati :“Pisau ini aku pergunakan untuk menusuk orang musyrik yang mendekatiku.“
Kemudian Rasulullah saw melewati seorang perempuan yang dibunuh oleh Khalid bin Walid. Nabi saw berkata kepada sebagian sahabat yang ada di sisinya : beritahukan kepada Khalid bahwa Rasulullah saw melarang membunuh anak-anak atau wanita atau hamba sahaya.
Malik bin Auf bersama pendukungnya lari sampai ke Thaif untuk berlindung di perbentengan Thaif dan meninggalkan barang pampasan yang sangat banyak. Rasululah saw memerintahkan agar barang-barang pampasan di simpan di Ji‘ranah dan dijaga oleh Mas‘ud bin Amer al Ghiffari. Sementara itu Rasulullah bersma para sahabatnya pergi ke Thaif mengepung mereka, tetapi orang-orang Tsaqif melakukan perlawanan dengan menggempur kaum Muslimin dari benteng-benteng mereka sehingga mengakibatkan jatuhnya beberapa korban. Rasulullah saw melakukan pengepungan terhadap Thaif selama sepuluh hari lebih atu menurut riwayat 20 hari lebih. Kemudian Rasulullah saw memutuskan untuk pergi meninggalkannya. Abdullah bin Amer
meriwayatkan bahwa Rasulullah saw mengumumkan kepada para sahabatnya : „Kita berangkat isnya Allah.“ Tetapi sebagian sahabat bertanya :“Kita pergi sebelum berhasil menaklukannya?“ Nabi saw mengatakan kepada mereka :“Besok kita berangkat.“ Pengumuman ini sangat mengherankan mereka, tetapi Rasulullah saw hanya membalas dengan senyuman.
Setelah Rasulullah saw bergerak untuk kembali, beliau bersabda :“Katakanlah: Kami kembali, bertaubat, beribadah dan bertasbih kepada Rabb kami.“ Sebagian sahabat berkata kepadanya :“Wahai Rasulullah saw , berdo‘alah untuk Tsaqif!“ Kemudian Nabi saw mengucapkan do‘a : „Ya, Allah , tunjukilah Tsaqif dan datangkanlah mereka.“Saya berkata Allah telah memberikan hidayah kepada Tsaqif tidak lama setelah itu. Utusan mereka datang menemui RAsulullah saw di Madinah guna menyatakan keisalaman mereka.
Demikian sekilas mengenai Kisah Perang Hunain. Semoga menjadi panutan bagi kita umatnya.
Silahkan berkunjung ke laman sosial kami