Breaking News
Home / Syeikhona Prof. Dr. KH. Abd Muiz Kabry / Al-Qaulu Shadiq / Pengertian, Sumber dan Posisi Ingatan di Sisi Allah SWT

Pengertian, Sumber dan Posisi Ingatan di Sisi Allah SWT

Pengertian, Sumber dan Posisi Ingatan di Sisi Allah SWT

ingatan di sisi allahPada pembahasan yang terdahulu diuraikan tentang makna ingatan yaitu istiqamah (terkonsentrasinya) hati menghadap kesisi Allah SWT. Ketetapan jiwa ini tidak dapat disamakan dengan angan-angan , anggapan, bahkan tak akan dapat diperoleh melalui analisa fikiran.

Dengan terwujudnya ketetapan jiwa ini, maka tetaplah kesenangan itu terjalin dalam hati dan disinilah letaknya sehingga disebut ‘ingatan’

Firman Tuhan dalam surah Ar-Ra’d ayat 28 :

أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ (٢٨)

Artinya : Ingatlah bahwasanya hanya dengan ketetapan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.

Jadi ‘ingatan’ ini tidaklah dapat disamakan dengan angan-angan, anggapan-anggapan dan fikiran, misalnya terpusatnya hati terhadap zat keesaan Tuhan, sifat-sifatnya antara lain tentang kekuasaannya. Sesungguhnya hati ini tak akan mampu menemukannya   dengan perantaraan angan-angan dan fikiran. Bahkan lebih dari pada itu dikatakan bahwa dengan fikiran saja tidak akan mendapatkan pemecahan.

Firman Tuhan dalam surah Az-Zumar ayat 67 :

وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ …. (٦٧)

Artinya : Mereka tidak akan mampu menduga-duga Tuhan dengan sebenar-benarnya dugaan.

Ayat tersebut menekankan bahwa jika hanya dengan menggunakan fikiran, manusia tidak akan mampu mengagungkan Tuhan dengan sebenar-benarnya pengagungan sebagaimana mestinya.

Sumberdaya Ingatan

Adapun sumber ingatan adalah Allah SWT seandainya ingatan bersumber dari pada manusia tentu tidak akan lagi terlupa, tapi dalam kenyataannya manusia itu terlupa, bahkan manusia itu kadangkala baru teringat kalau diingatkan. Jadi jelas bahwa bukanlah manusia yang pemilik ingatan itu akan tetapi adalah berasal dan milik Allah SWT.

Firman Tuhan dalam Surah Al-Muddasstir ayat 56 yang berbunyi :

وَمَا يَذْكُرُونَ إِلا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ هُوَ أَهْلُ التَّقْوَى وَأَهْلُ الْمَغْفِرَةِ (٥٦)

Artinya : Manusia tidak akan mengingat (mengambil) pelajaran kecuali Allah menghendakinya.

Keadaan yang demikian inilah, mendorong Rasulullah SAW selalu memanjatkan doa kehadirat Allah SWT agar dikokohkan ingatannya.

Ini selaras dengan sabdanya :

اَللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

Artinya : Ya Tuhan, arahkanlah hatiku kearah mengingatmu selalu dan bersyukur kepadamu serta istiqomah yang dapat menjamin kemurnian ibadah terhadap mu.

Dapatlah dipahami sesungguhnya ingatan itu adalah datangnya dari Allah SWT.Hal ini terbukti bagi kita adanya Rasulullah SAW sendiri senantiasa mengharapkan petunjuk kepada Allah SWT.Supaya selalu diberi ingatan.Seandainya ingatan itu berasal dari manusia tentu Beliaulah yang lebih pantas sebagai sumber datangnya ingatan itu.

Posisi Ingatan di Sisi Allah SWT

Sesungguhnya ingatan itu merupakan salah satu ni’mat besar dari Allah SWT kepada hambanya. Keni’matan dan kebahagiaan itu hanya dapat dirasakan kelezatannya sejauh ada ingatan, bahkan menyangkut mas’alah duniawinya pun manusia itu tak akan mampu melaksanakannya tanpa ingatan.

Firman tuhan dalah Surah Al-Baqarah ayat 152 :

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلا تَكْفُرُونِ (١٥٢)

Artinya : Karena itu ingatlah kamu kepadaku niscaya aku ingat pula kepadamu dan bersyukurlah kepadaku dan janganlah kamu mengingkari ni’mat ku.

Kedudukan ingatannya sihamba terhadap Tuhannya, berbeda dengan ingatannya Tuhan terhadap hambanya.Ingatnya sihamba terhadap Tuhannya adalah merupakan pengabdian terhadap Tuhannya.Sedangkan ingatnya Tuhan terhadap hambanya adalah merupakan ni’mat bagi sihamba.

Disinilah letaknya sehingga sihamba berkewajiban mensyukuri ni’mat Tuhannya.

Posisi Ingatan Terhadap Hamba

Apabila ingatan itu sudah dimiliki sihamba maka diapun telah memiliki hakikatnya sebagai hamba manusia yang tidak ingat kepada Allah SWT dipandang sebagi orang yang terlupa.Orang yang terlupa tak sanggup menyembah kepada Allah SWT sebagai tanda sebagai hamba Allah SWT itu adalah dilakukannya dan diwujudkannya pengabdian.

Dengan demikian ingatan itu wujud dari pada penyembahan, seandainya ingatan itu tidak dimiliki lagi oleh sihamba (manusia), maka statusnya hanyalah hamba semata-mata, bukan sebagai hamba yang dikaruniai, bahkan statusnya pun sudah tak ada bedanya dengan binatang.

Firman Tuhan dalam Surah Al-A’raf ayat 179 :

ô وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالإنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالأنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ (١٧٩)

 Artinya : Sesungguhnya kami jadikan untuk isi neraka jahannam banyak dari Jin dan Manusia.Mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah SWT.Dan mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Tuhan.Dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah, mereka itu sebagai binatang ternak bahkan mereka lebih sesat lagi.Mereka itulah orang-orang yang lalai.

Dari ayat diatas dapatlah dipahami bahwa sesungguhnya hati tidak bermanfaat apabila tidak dipergunakan untuk memahami sesuatu.Artinya kalau tidak dipergunakan mengabdi kepada Allah SWT.

====

Silahkan like Facebook Fan Page albadarparepare atau follow twitter ponpesalbadar

====

Terjemah Kitab :

اَلْقَوْلُ الصَّادِقُ فىِ مَعْرِفَةِ اْلخَالِقِ

Karya KH. Abd Rahman Ambo Dalle

Oleh : KH. Abd Muiz Kabry

Pare-Pare, 18 Jumadil  Akhir 1396 H / 17 Mei 1976 M

 

Facebook Comments Box

Check Also

aswaja

Problematika Ahlussunnah Wal Jamaah ( Aswaja )

Pengertian Ahlussunnah Wal Jamaah Kata “Ahlussunnah” terdiri dari dua suku kata yaitu ’ahlu’ yang berarti …