Breaking News
Home / Ulumuddin / Akhlaq dan Tausiah / 3 Macam Kesabaran

3 Macam Kesabaran

 kesabaranDi akui atau tidak ketika kita berbincang-bincang tentang kesabaran .kerap terjadi kesalah fahaman secara parsial di antara kita, kita hanya tahu  dan faham bahwa sabar itu hanya dalam musibah saja. Padahal, kalau kita bermain-main dalam kitab klasik akan banyak menemukan pemaparan para ulama tentang macam-macam kesabaran.

Mereka membagi kesabaran menjadi tiga, berikut penjelasannya :

  1. Kesabaran dalam menghadapi musibah dan takdir Allah yang menyakitkan 

Kesedihan ,penyakit, kekurangan harta, kehilangan orang tercinta dll merupaka sebuah musibah yang selalu melanda setiap anak adam baik itu mukmin atau kafir, orang baik atau pun penjahat

Hanya saja perbedaannya seorang mukmin menghadapi musiban ini dengan penuh keridhaan dan ketenangan dalam hatinya. Karena ia mengetahui dengan yakin bahwa apa yang telah digariskan Allah pasti tidak akan pernah bisa dihindari. Sebaliknya apa yang tidak ditakdirkan Allah untuknya juga tidak akan pernah menimpa dirinya.

Allah ta’ala berfirman,

“وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ”.

Artinya: “Sungguh Kami akan memberikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Berilah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar”. QS. Al-Baqarah: 155.

Orang yang beriman manakala ditimpa musibah ia akan tetap bersabar, sebab ia yakin betul bahwa apapun pilihan Allah itulah yang terbaik untuknya dan pasti ada hikmah di balik itu.

Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bertutur,

إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْضِي لِلْمُؤْمِنِ قَضَاءً إِلَّا كَانَ خَيْرًا لَهُ”.

“Sesungguhnya Allah tidak menakdirkan sesuatu untuk seorang mukmin melainkan itu baik untuknya”. HR. Ahmad dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu dan dinilai sahih oleh Ibn Hibban

  1. Kesabaran dalam ketaatan kepada Allah.

Kesabaran sangat di butuhkan dalam Merealisasikan ketaatan kepada Allah SWT, karena secara lahiriah ,watak manusia lebih  cenderung lari dan menghindar dari sesuatu yang membelenggu atau mengikat dirinya. Hal itu sangat bertolak belakang dengan  ketaatan kepada Allah SWT  yang selalu menuntut untuk mengikat dan memenjarakan shahwatnya.

Oleh sebab  itu, manusia tidak bisa mudah istiqamah dalam menjalankan perintah Allah . Sehingga manusia harus senantiasa belatih  dan mengekang hawa nafsunya.. itu semua sangat membutuhkan kesabaran yang kuat sebagai pondasinya..

Allah ta’ala berfirman,

“رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ”.

Artinya: “Rabb (yang menguasai) langit dan bumi serta apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan bersabarlam dalam beribadah kepada-Nya”. QS. Maryam: 65.

  1. Kesabaran dalam meninggalkan kemaksiatan.

Meninggalkan kemaksiatan adalah hal yang paling sulit di lakukan layaknya mendaki sebuah gunung ,tidak semua orang bisa melakukannya. oleh karena itu kesabaran dan tekad yang kuat sangat di butuhkan untuk tetap bisa melakukannya.

terutama  kemaksiatan yang sangat mudah untuk dilakukan, seperti ghibah ( ngerumpi), dusta dan lain2..

Mengumbar syahwat memang  kelihatannya enak dan menyenangkan. Bahkan Allah SWT sendiri menggambarkan bahwa itu nampak indah di mata manusia. Kata Allah jalla wa ‘ala, 

“زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآَبِ”.

Artinya: “Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik”. QS. Ali Imran: 14.

Namun justru inilah yang dapat membutakan manusia sehingga dia tidak sadar bahwa sebenarnya dia sedang di uji . Sebab tidak setiap ujian  itu berupa keburukan, namun  terkadang juga berupa kesenangan. Sebagaimana yang Allah tunjukknan  dalam firman-Nya,

“وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ”.

Artinya: “Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan”. QS. Al-Anbiyâ’: 35.

Mungkin seseorang  masih  bisa bersabar dan lulus  ketika diuji dengan keburukan, semisal kemiskinan, sakit dan bencana. Namun tidak menutup kemungkinan  ia akan lulus ketika  diuji dengan kebaikan semisal kekayaan, kesehatan dan keselamatan lahir.

Oleh karena itu, seorang hamba dalam menghadapi tipu daya dunia dan nafsu syahwat sangat membutuhkan kesabaran . Sehingga syahwatnya tidak lepas kendali manakala berhadapan dengan wanita, anak, uang dan sawah ladang.

 

Penulis : Ust. Jamil Fuady

 

 

 

Facebook Comments Box

Check Also

Hukum Memakai Rambut Palsu atau Wig

Perkembangan sosial tentu diikuti model gaya hidup yang semakin berkembang pula, berikut pula cara berpenampilan. …