Fathu Makkah atau Futuhul Makkah lebih dikenal sebagai kisah pembebesan atau penaklukan kota Makkah (bahasa Arab: فتح مكة, Fathu Makkah) merupakan peristiwa yang terjadi pada tahun 630 tepatnya pada tanggal 10 Ramadan 8 H, di mana Nabi Muhammad SAW beserta 10.000 pasukan bergerak dari Madinah menuju Mekkah, dan kemudian menguasai Mekkah secara keseluruhan tanpa pertumpahan darah sedikitpun, sekaligus menghancurkan berhala yang ditempatkan di dalam dan sekitar Ka’bah.
Fathu Makkah terjadi setelah salah satu isi perjanjian Hudaibiyah yang menyatakan bahwa semua suku diperbolehkan bersekutu dengan suku yang lain. Baik dengan kaum muslimin maupun kaum Quraisy dilanggar oleh kaum Quraisy. Berdasarkan hal itu, kaum muslimin bersekutu dengan bani Khuza’ah. Pada masa selanjutnya, keseluruhan suku bani Khuzaah memeluk Islam. Sementara itu, kaum Quraisy bersekutu dengan Bani Bakar. Karena suati permasalahan, Bani Bakar menyerang Bani Khuza’ah. Kaum Kafir Quraisy mengirim sejumlah militer Quraisy kepada mereka dengan cara menyamar. Di antara mereka terdapat Shafwan bin Umayyah, Huwaithib bin Abdul Izzi dan Makraz bin Hafsh. Kemudian mereka bertemu dengan Bani Bakar di sebuah tempat bernama al-Watir lalu mengepung selama semalam Banu Khuza‘ah yang tengah tidur dengan tenang. Akhirnya mereka membunuh 20 orang lelaki dari Khuza‘ah.
Amer bin Salim al-Khuza‘I bersama 40 orang dari Khuza‘ah berangkat dengan menunggang kuda menemui Rasulullah saw guna melaporkan apa yang baru saja terjadi. Setelah mendengarkan laporan tersebut, Nabi saw berdiri dengan menyeret selendangnya seraya bersabda : “Aku tidak akan ditolong jika aku tidak membantu Bani Ka‘ab sebagaimana aku menolong diriku sendiri.”
Berdasarkan pengaduan ini, Nabi Muhammad saw. segera memerintahkan kaum muslimin untuk bersiap-siap guna menaklukkan kota Makkah. Hal ini membuat kaum Quraisy menjadi gentar. Nabi Muhammad saw. kemudian menyampaikan tiga pesan kepada kaum Quraisy Makkah. Pesan itu berisi :
- Kaum Quraisy harus membayar diyat (denda)
- Kaum Quraisy harus memutuskan hubungan dengan Bani Bakar
- Kaum Quraisy menyatakan perjanjian Hudaibiyah telah batal dan tidak berlaku lagi. Hal itu berarti kaum muslimin akan menyerang Makkah.
Ternyata kaum kafir Quraisy memilih pilihan ketiga. Akan tetapi, kaum Quraisy segera menyadari kekeliruannya dan mengirimkan Abu Sufyan ke madinah untuk memperbarui perjanjian pihak muslimin. Akan tetapi, usahanya gagal.
Kaum Quraisy menyesali tindakannya kemudian mengutus Abu Sofyan kepada Rasulullah saw guna meminta perpanjangan dan perbaruan „gencaran senjata“. Abu Sofyan menemui dan berbicara dengan Rasulullah saw tetapi beliau tidak menjawab sama sekali. Kemudian Abu Sofyan pergi menemui Abu Bakar meminta bantuannya untuk membicarakan persoalan yang dibawanya kepada Rasulullah saw tetapi Abu Bakar menjawab :“Aku tidak bisa melakukannya.“ Ia lalu pergi menemui Umar bin Khattab untuk tujuan yang sama. Umar ra menjawab:“Apa? Aku harus membantumu menghadapi Rasulullah saw ? Demi Allah, sekiranya aku tahu engkau berbuat kesalahan walaupun sebutir pasir, tentu engkau kuperangi.”
Akhirnya Abu Sofyan kembali ke Mekkah tanpa membawa hasil apa-apa. Sementara itu Rasulullah saw telah melakukan persiapan secara diam-diam seraya berdo‘a : “Ya Allah, tutuplah mata-mata Quraisy agar mereka tidak melihatku kecuali secara tibatiba.“
Setelah Nabi saw mengumpulkan pasukan, Hatib bin Abi Balta‘ah mengirim surat kepada Quraisy yang isinya memperingatkan mereka dari ancaman serangan kaum Muslimin. Ali ra berkata : „Kemudian Rasulullah saw mengutusku bersama Zubair dan Miqdad. Nabi saw berpesan : „Berangkatlah sampai kalian tiba di kebun Khakh, karena di kebun itu ada seorang wanita yang sedang membawa surat. Ambillah surat itu darinya!“ Ali ra melanjutkan :“Kemudian kami berangkat dengan menunggang kuda dan setibanya di tempat itu kami jumpai serang perempuan yang dimaksudkan oleh Nabi saw.
Kami katakan kepadanya :“Keluarkanlah surat yang kamu bawa.“ Wanita itu menjawab :“Aku tidak membawa surat.“ Akhirnya kami tekan :“Keluarkan surat itu, kalau tidak engkau akan kami telanjangi“. Ali ra berkata : Kemudian wanita itu terpaksa mengeluarkan surat yang dibawanya dari gelungannya. Kami kemudian segera pulang menyampaikan surat itu dari hatib bin Abi Balta‘ah kepada kaum Musyrikin yang mengabarkan sebagian rencana yang hendak dilakukan oleh Nabi saw, Hatib kemudian dipanggil dan ditanya oleh Nabi saw :“Hai Hatib, apa maksud suratmu itu?“ Ia menjawab :“Wahai Rasulullah saw, jangan buru-buru menghukum diriku. Aku mempunyai hubungan erat sekali dengan Quraisy (yakni aku bagian dari mereka).
Di antara orang-orang Muhajirin yang bersama anda banyak yang mempunyai sanak famili di mekkah yang menjaga keluarga harta benda mereka. Sekalipun orang-orang Quraisy itu tidak mempunyai hubungan silsilah denganku, namun aku menginginkan supaya ada beberapa orang di antara mereka yang mau menjaga kaum kerabatku. Aku berbuat demikian itu sama sekali bukan karena aku telah murtad dan bukan pula karena aku ingin menjadi kafir, setelah aku memeluk Islam.“ Kemudian Rasulullah saw bersabda :“Sesungguhnya dia telah mengatakan yang sebenarnya kepada kalian“. Akan tetapi Umar ra berkata : „Sesungguhnya dia pernah turut serta perang Badar! Apakah engkau tahu, kalau-kalau Allah meninggikan martabat orang yang turut serta dalam perang Badar, lalu Allah bertitah : berbuatlah sekehendak kalian, kalian kuampuni ….“
Sehubungan dengan peristiwa tersebut turunlah firman Allah : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menjadikan musuh-Ku dan musuh kalian sebagai teman-teman setia yang kalian berikan (keterangan-keterangan mengenai Muhammad) berdasarkan perasaan kasih sayang. Sesungguhnya mereka itu mengingkari kebenaran yang datang pada kalian, dan mereka telah mengusir Rasul serta kalian karena kalian beriman kepada Allah, Rabb kalian. Jika kalian benar-benar hendak keluar berjuang di jalan-Ku (janganlah kalian berbuat sedemikian itu). (Janganlah) kalian memberitahukan secara rahasia (keterangan-keterangan tentang Muhammad) kepada mereka karena kasih sayang. Aku Maha Mengetahui apa yang kalian sembunyikan dan apa yang kalian nyatakan (secara terang-terangan). Dan barangsiapa di antara kalian melakukannya, maka ia telah sesat dari jalan yang lurus.“ (QS Muhammad : 1 )
Rasulullah saw menunjuk Kaltsum bin Husain sebagai wakilnya di Madinah. Beliau berangkat pada hari Rabu tanggal 10 Ramadhan setelah Ashar. Rasulullah saw memberikan kepada orang-orang Arab di sekitar Madinah yang terdiri dari suku : Aslam, Ghiffar, Mazinah, Jahinah dan di Zhahran tempat antara Mekkah dan Madinah. Jumlah kaum Muslimin mencapai 10.000 orang. Kendatipun orang-orang Quraisy belum mengetahui berita sama sekali tetapi mereka sudah memperkirakan berdasarikan kegagalan misi Abu Sofyan, Hakim bin Hazzam dan Badil bin Warqa‘ untuk mencari berita tentang sikap Rasulullah saw. Mereka berangkat menjalankan missinya sampai ketika di dekat Zahran mereka menyaksikan obor api yang sangat besar, seraya bertanyatanya sesama mereka tentang api besar tersebut. Ketiga orang ini diketahui oleh para pengawal Rasulullah saw kemudian ditangkap dan dibawa menghadap kepada Rasulullah saw, saat itulah Abu Sofyan menyatakan diri masuk Islam.
Ibnu Ishaq berkata diriwayatkan dari Abbas tentang rincian Islamnya Abu Sofyan menghadap : Keesokkan harinya aku bawa Abu Sofyan menghadap Rasulullah saw dan setelah melihatnya Rasulullah saw berkata :“Celaka wahai Abu Sofyan, tidakkah tiba saatnya bagi anda untuk mengetahui sesungguhnya tidak ada Illah kecuali Allah?“ Abu Sofyan menyahut :“Alangkah penyantunnya engkau, alangkah mulianya engkau dan alangkah baiknya engkau! Demi Allah aku telah yakin seandainya ada Ilah selain Allah niscaya dia telah membelaku.“ Nabi saw bertanya lagi :“Tidakkah tiba saatnya bagi anda untuk mengetahui bahwa aku adalah Rasul Allah ?“ Abu Sofyan menjawab :“Sungguh engkau sangat penyantun, pemurah, dan suka menyambung keluarga. Demi Allah, mengetahui hal yang satu ini sampai sekarang di dalam diriku masih ada sesuatu yang mengganjal.“ Abbas ra menukas : Celaka! Masuk Islamlah dan bersaksilah tiada Ilah kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah, sebelum lehermu dipenggal.“
Kemudian Abu Sofyan mengucapkan syahadah dengan benar dan masuk Islam. Abbas ra melanjutkan : Kemudian aku katakan, wahai Rasulullah saw, sesungguhnya Abu Sofyan adalah seorang yang menyukai kebanggaan dirinya.“ Nabi saw menjawab :“Ya, barangsiapa yang masuk rumah Abu Sofyan, ia selamat, barangsiapa yang menutup pintu rumahnya ia selamat, dan barangsiapa yang masuk ke dalam Masjidil Haram ia selamat.“
Ketika Rasulullah saw bergerak menuju Mekkah, beliau berkata kepada Abbas ra : „Tahanlah Abu Sofyan di mulut lembah sampai ia menyaksikan tentara-tentara Allah lewat di depannya.“ Abbas melanjutkan kisahnya : Kemudian aku tahan Abu Sofyan di tempat yang diperintahkan oleh Rasulullah saw. Tak lama kemudian pasukan Muslimin bergerak melewati jalan itu kabilah demi kabilah dengan panjinya masing-masing. Setiap melihat kabilah lewat, Abu Sofyan bertanya :Hai Abbas, siapakah ini ?“ Jawabku :“Kabilah Sulaim“. Ia menyahut :“ Ah, aku tidak punya urusan dengan kabilah Sulaim!“… Begitulah seterusnya sampai Rasulullah saw lewat di tengah-tengah pasukan yang terdiri dari kaum Muhajirin dan Anshar. Ia menatap satu persatu dengan penuh kekaguman. Ia bertanya :“Subhanallah, hai Abbas, siapakah mereka itu?“ Kujawab : „Itulah Rasulullah saw di tengah-tengah kaum Muhajirn dan Anshar….!“ Ia berkata : „Tak ada orang dan kekuatan yang sanggup menandingi mereka! Demi Allah, hai Abu Fadhal, kemenakanku kelak akan menjadi maharaja besar…:“ Aku menjawab :“Hai Abu Sofyan, itu bukan kerajaan, melainkan kenabian.“ Ia menyahut :“Kalau begitu, alangkah mulianya.“
Selanjutnya Abbas ra berkata kepadanya :“Selamatkanlah kaummu!“ Kemudian Abu Sofyan segera pergi ke Mekkah sebelum Rasulullah saw memasukinya. Dengan suara keras Abu Sofyan berteriak :“Wahai orang-orang Quraisy, Muhammad datang kepada kalian membawa pasukan yang tak mungkin dapat kalian atasi. Karena itu, barangsiapa yang masuk rumah Abu Sofyan ia selamat.“ Ketika mendengar ucapan Abu Sofyan seperti itu, istrinya yang bernama Hindun binti ‚Utbah mendatanginya lalu memegang kumisnya seraya berkata :“Bunuhlah Al Humait Ad Dasam Al Ahmas! Alangkah buruknya perbuatanmu sebagai pemimpin!“
Abu Sofyan menegaskan lagi :“Celakalah kalian kalau bertindak menuruti hawa nafsu. Muhammad datang membawa pasukan yang tak mungkin dapat kalian tandingi! Barangsiapa yang masuk rumah Abu Sofyan ia selamat.“
Orang-orang Quraisy mencemoohkan teriakannya :“Celakalah engkau, hai Abu Sofyan ! Apakah gunanya rumahmu bagi kami?“ Abu Sofyan menyahut :“Barangsiapa menutup pintu rumahnya ia selamat! Dan barangsiapa yang masuk ke dalam masjidil Haram ia selamat.“ Orang-orang Quraisy kemudian berpencaran, sebagian pulang ke rumah masingmasing dan sebagian lainnya pergi ke Masjidil Haram.
Nabi saw memasuki Mekkah dari dataran tinggi „Kida“ dan memerintahkan Khalid bin Walid bersama pasukannya agar memasuki Mekkah dari dataran rendah „Kida“. Akhirnya kaum Muslimin memasuki Mekkah sebagaimana diperintahkan Nabi saw tanpa mendapatkan perlawanan kecuali Khalid bin Walid. Ia menghadapi sejumlah kaum Musyrikin yang di antara mereka terdapat Ikrimah bin Abu Jahal dan Shofwan bin Umaiyah. Khalid memerangi mereka dan berhasil membunuh 24 orang dari Quraisy dan 4 orang dari Hudzail. Rasulullah saw melihat kilatan pedang dari kejauhan kemudian nampak beliau tidak menyukainya. Dikatakan kepadanya bahwa kilatan itu adalah Khalid bin Walid yang diserang kemudian membalas serangan, sabda Nabi saw : „Ketentuan Allah selalu baik.“
Nabi saw memasuki Mekkah langsung menuju Ka‘bah. Di sekitar Ka‘bah masih terdapat 360 berhala. Kemudian Nabi saw menghancurkannya satu persatu dengan sebuah pentungan di tangannya seraya mengucapkan :“Kebenaran telah tiba dan lenyaplah kebathilan. Kebenaran telah tiba dan kebathilan tak akan kembali lagi.“ Di dalam Ka‘bah juga terdapat beberapa berhala sehingga Nabi saw enggan memasukinya sebelum berhala-berhala itu dihancurkan. Kemudian berhala-berhala itu dikeluarkan. Di antaranya terdapat patung Ibrahim dan Isma‘il di kedua tangannya memegang Azlam (anak panah untuk berjudi). Sabda Nabi saw :“Celakalah mereka, sesungguhnya mereka tahu bahwa keduanya (Ibrahim dan Ismail as) tidak pernah berjudi sama sekali.“ Setelah itu Nabi saw masuk ke dalam Ka‘bah dan bertakbir di sudut-sudut Ka‘bah kemudian keluar dan tidak melakukan shalat di dalamnya.
Demikian artikel mengenai Kisah Sejarah Penaklukan Kota Mekkah ( Fathu Makkah ), semoga bermanfaat.
Silahkan berkunjung ke laman sosial kami
#Referensi Sirah Syekh Ramadhan Al-Buthi