Breaking News
Home / Syeikhona Prof. Dr. KH. Abd Muiz Kabry / Dinamika DDI Menjelang Wafatnya KH. Abd Rahman Ambo Dalle

Dinamika DDI Menjelang Wafatnya KH. Abd Rahman Ambo Dalle

Dinamika DDI Menjelang Wafatnya KH. Abd Rahman Ambo Dalle

Hiruk pikuk Muktamar DDI ke 17

KH. Abd Rahman Ambo DalleSelama persiapan Muktamar DDI ke 17 di Sudiang, terjadi intervensi besar-besaran dari kelompok tertentu yang selama ini tidak pernah berpan aktif dalam kegiatan-kegiatan DDI. Intervensi ini mereka lakukan, karena mereka memprediksi bahwa dalam kepengurusan PB-DDI 1993-1998 al-Mukarram K.H. Abd. Rahman Ambo Dalle akan wafat. Berdasar pada prediksi ini, maka kelompok ini berusaha mendominasi kepanitiaan Muktamar DDI ke-17, dan menempatkan Zaenal Bintang sebagai ketua panitia muktamar. Muktamar DDI ke 17 dibuka oleh Wakil Presiden, Tri Sutrisno, di gedung Kemanunggalan ABRI dan Rakyat. Adapun sidang-sidang Muktamar dilakukan di ِِِAsrama Haji, Sudiang, Makassar.

Hampir semua sesi sidang muktamar berlangsung tegang, karena argumen-argumen yang dikemukakan oleh kelompok pengintervensi dalam setiap sidang senantiasa mereka atasnamakan sebagai pendapat atau amanah dari al-Mukarram K.H. Abd. Rahman Ambo Dalle. Ini semua mereka lakukan agar keinginannya dapat tercapai tanpa rintangan dari warga DDI yang sungguhan.

Ketika pemilihan ketua umum akan berlangsung, sidang dipandu oleh H.M Aksa Mahmud, Bapak Mayjen H.M. Zaenal Basri Palaguna selaku Gubernur Sulawesi Selatan, dan Mayjen Tamlicha Ali selaku Panglima Kodam VII Wirabuana mendatangi Abd. Muiz Kabry di ruang utama asrama I, Asrama Haji Sudiang, yang meminta agar penulis tidak menerima pencalonan peserta untuk jabatan Ketua Umum PB-DDI. Pertimbangan yang mereka ajukan, bahwa al-Mukarram K.H. Abd. Rahman Ambo Dalle masih bersedia jadi Ketua Umum PB-DDI periode 1993-1998.

Kedua pejabat penting ini dipercaya oleh Abd. Muiz Kabry bahwa K.H. Abd. Rahman Ambo Dalle terbukti benar bahwa masih bersedia menjadi ketua umum PB DDI. Atas kepercayaan yang demikian, sehingga ketika itu Abd. Muiz Kabry menyatakan di hadapan kedua pejabat tinggi itu, “Insya Allah saya tidak akan menerima pencalonan dari peserta muktamar, dan saya sepenuhnya mendukung beliau jadi Ketua Umum PB-DDI. Bagi saya, ada jabatan atau tidak ada sama saja, saya tetap akan membantu beliau membesarkan DDI, sebab itulah niat kepulangan saya dari Jawa”.

Kehadiran kedua jenderal itu dengan membawa, katanya, amanah dari al-Mukarram K.H. Abd. Rahman Dalle  sebetulnya sedikit mengherankan bagi Abd. Muiz Kabry yang pada saat itu telah mencapai 18 tahun (1975-1993) membantu dan mendampingi K.H. Abd. Rahman Ambo Dalle dalam mengurusi hidup-matinya DDI. Selama itu, kalau ada hal yang dianggap penting oleh K.H. Abd. Rahman Ambo Dalle senantiasa disampaikannya secara langsung ke Abd. Muiz Kabry. Seingat Abd. Muiz Kabry, tidak pernah sekalipun Gurutta K.H. Abd. Rahman Ambo Dalle mengutus orang lain untuk mewakilinya dalam menyampaikan sesuatu yang dianggap penting kepadanya, kecuali baru kali ini, dalam suasana muktamar pula.

Abd. Muiz Kabry mengingat-ingat dan menghitung-hitung sejumlah peristiwa yang terkait dengan DDI, mulai dari masalah politik, utamanya pada Pemilu 1977, sampai ke masalah-masalah sosial keagamaan yang memang sejak awal menjadi medan bakti DDI. Kesemua peristiwa yang sempat teringat itu senantiasa disampaikan langsung oleh Gurutta kepada Abd. Muiz Kabry, yang biasanya diawali dengan pemanggilan kepada Abd. Muiz Kabry agar segera menghadap Gurutta pada waktu dan tempat tertentu. Bahkan Gurutta biasanya tidak memberi tahu kepada utusan yang membawa berita pemanggilan itu tentang maksud dan tujuan sehingga Abd. Muiz Kabry dipanggil menghadap beliau. Demikian pengakuan beberapa orang yang pernah diutus oleh Gurutta untuk memanggil Abd. Muiz Kabry.

Muktamar DDI ke-17 lebih banyak membicarakan soal figur dibanding membicarakan masalah pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan DDI, seperti: Madrasah/ Sekolah, Pesantren, dan Perguruan Tinggi, serta Dakwah dan usaha sosial yang mesti diberdayakan oleh DDI. Akibatnya, yang terjadi selama kepengurusan periode 1993-1998 atau kepengurusan pasca muktamar ini adalah kegoncangan organisasional yang berlangsung sepanjang periode kepengurusan. Akibat lanjut dari kegoncangan ini adalah terbengkalainya pembinaan organisasi di semua eselon dan khususnya Trilogi DDI, sebab al-Mukarram K.H. Abd Rahman Ambo Dalle hanya sekedar dijadikan simbol oleh mereka yang memiliki program dalam memanfaatkan masa transisi ini.

====

silahkan like FB Fanspage ponpesalbadar dan follow twitter @ponpesalbadar

====

 

Facebook Comments Box

Check Also

aswaja

Problematika Ahlussunnah Wal Jamaah ( Aswaja )

Pengertian Ahlussunnah Wal Jamaah Kata “Ahlussunnah” terdiri dari dua suku kata yaitu ’ahlu’ yang berarti …