Memegang tongkat saat khutbah kadang kita ditemukan dibeberapa tempat pada saat khatib jum’at sedang melakukan khutbah, mungkin ada yang menganggap hal ini lazim atau tidak lazim, atau saja boleh atau tidak boleh. Nah terkait hal tersebut tentu kita akan bertanya tentang dasar hukumnya apalagi ini terkait dengan pelaksanaan khutbah jumat, dimana kita ketahui bersama bahwa khutbah adalah adalah separuh jumat. Berikut penjelasan kalangan ulama mengenai hukum memegang tongkat saat khutbah.
Dijelaskan oleh Imam Syafi’i di dalam kitab al-Umm:
قَالَ الشَّافِعِيُّ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى) بَلَغَنَا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا خَطَبَ اِعْتَمَدَ عَلَى عَصَى. وَقَدْ قِيْلَ خَطَبَ مُعْتَمِدًا عَلَى عُنْزَةٍ وَعَلَى قَوْسٍ وَكُلُّ ذَالِكَ اِعْتِمَادًا. أَخْبَرَنَا الرَّبِيْعُ قَالَ أَخْبَرَنَا الشَّافِعِيُّ قَالَ أَخْبَرَناَ إِبْرَاهِيْمُ عَنْ لَيْثٍ عَنْ عَطَاءٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا خَطَبَ يَعْتَمِدُ عَلَى عُنْزَتِهِ اِعْتِمَادًاt;
Imam Syafi’i RA berkata: Telah sampai kepada kami (berita) bahwa ketika Rasulullah saw berkhuthbah, beliau berpegang pada tongkat. Ada yang mengatakan, beliau berkhutbah dengan memegang tongkat pendek dan anak panah. Semua benda-benda itu dijadikan tempat bertumpu (pegangan). Ar-Rabi’ mengabarkan dari Imam Syafi’i dari Ibrahim, dari Laits dari ‘Atha’, bahwa Rasulullah SAW jika berkhutbah memegang tongkat pendeknya untuk dijadikan pegangan”. (al-Umm, juz I, hal 272)
عَنْ شُعَيْبِ بْنِ زُرَيْقٍ الطَائِفِيِّ قَالَ شَهِدْناَ فِيْهَا الجُمْعَةَ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَامَ مُتَوَكِّئًا عَلَى عَصَا أَوْقَوْسٍ
Dari Syu’aib bin Zuraidj at-Tha’ifi ia berkata ”Kami menghadiri shalat jum’at pada suatu tempat bersama Rasulullah SAW. Maka Beliau berdiri berpegangan pada sebuah tongkat atau busur”. (Sunan Abi Dawud hal. 824).
As Shan’ani mengomentari hadits terserbut bahwa hadits itu menjelaskan tentang “sunnahnya khatib memegang pedang atan semacamnya pada waktu menyampaikan khutbahnya”. (Subululus Salam, juz II, hal 59)
فَإِذَا فَرَغَ المُؤَذِّّنُ قَامَ مُقْبِلاً عَلَى النَّاسِ بِوَجْهِهِ لاَ يَلْتَفِتُ يَمِيْنًا وَلاَشِمَالاً وَيُشْغِلُ يَدَيْهِ بِقَائِمِ السَّيْفِ أَوْ العُنْزَةِ وَالمِنْبَرِ كَيْ لاَ يَعْبَثَ بِهِمَا أَوْ يَضَعَ إِحْدَاهُمَا عَلَى الآخَرِ
Apabila muadzin telah selesai (adzan), maka khatib berdiri menghadap jama’ ah dengan wajahnya. Tidak boleh menoleh ke kanan dan ke kiri. Dan kedua tangannya memegang pedang yang ditegakkan atau tongkat pendek serta (tangan yang satunya memegang) mimbar. Supaya dia tidak mempermainkan kedua tangannya. (Kalau tidak begitu) atau dia menyatukan tangan yang satu dengan yang lain”. (Ihya’ ‘Ulum al-Din, juz I, hal 180)
Hadits al-Hakam ibn Hazn r.a. beliau berkata :
وفدت الى النبى صلعم فشَهِدْناَ معه الجُمْعَةَ فَقَامَ مُتَوَكِّئًا عَلَى عَصَا أَوْقَوْسٍ فحمد الله واثنى عليه كلمات خفيفات طيبات مبركات
“Aku diutus kepada Nabi SAW, aku sempat menyaksikan jum’at bersama Nabi SAW. Beliau berdiri dengan memegang atas tongkat atau busur, lalu beliau memuji Allah dan menyanjung-Nya dengan kalimat-kalimat yang ringan dan baik serta berkah.”(H.R. Abu Daud dan lainnya)
Al-Nawawi menjelaskan bahwa hadits al-Hakam ibn Hazn di atas merupakan hadits hasan riwayat Abu Daud dan riwayat selain Abu Daud yang juga dengan sanad hasan. Ibnu al-Sakn telah mentakhrij hadits ini dalam kitab shahihnya.
Hikmah Memegang Tongkat Saat Khutbah
Adapun hikmah dianjurkannya memegang tongkat adalah agar mengikat hati (agar lebih konsentrasi) dan agar tidak mempermainkan tangannya. ( kitab Subulus Salam, juz II, hal 59).
Jadi, seorang khatib disunnahkan memegang tongkat saat berkhutbah. Tujuannya, selain mengikuti jejak Rasulullah SAW juga agar khatib lebih konsentrasi (khusyu’) dalam membaca khuthbah
Demikian artikel singkat mengenai Hukum Memegang Tongkat Saat Khutbah, semoga bermanfaat.
====
Silahkan like Facebook Fan Page albadarparepare atau follow twitter ponpesalbadar
====
Referensi : disarikan dari berbagai sumber