Kata Pengantar Penterjemah اَلْقَوْلُ الصَّادِقُ فىِ مَعْرِفَةِ اْلخَالِقِ
“Bismillahir Rahmanir Rahiem”
Segala puja kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat Inayah dan Taufiq-Nya dapatlah kami menyelesaikan usaha menterjemahkan buku “Al-Qaulus Shadiq Fi Ma’arifatil Khaliq”. Karangan Almukarram K. H. Abd. Rahman Ambo Dalle. Dari tulisan aslinya yang berbahasa Bugis, ke dalam Bahasa Indonesia.
Menterjemahkan buku ini ke dalam Bahasa Indonesia, dirasa penting mengingat banyaknya saran-saran dan harapan masyarakat Islam yang kurang menguasai bahasa Bugis, sedangkan mereka sangat membutuhkan tuntunan yang terkandung dalam buku tersebut, dan untuk merealisirnya, dipercayakan kepada kami, oleh beliau.
Buku Al-Qaulus Shadiq ini, membahas masalah Tauhid dengan metode pembahasannya berpijak pada penggunaan pola akal batin, disamping nalar dan akal, adalah merupakan buku yang mengandung penegasan akal yang jelas dalam bidang tauhid. Dan selain dari buku ini masih banyak buku-buku yang dikarang oleh Beliau, antara lain ; Maziyah Ahlus Sunnah wal-jamaah, Ar-Risalatul Bahiyyah, Miftahul Muzdakarah Fi Mi’yaril Ulumi, Mursyidut Tullab, Ahsanul Uslubi was-Shiyagati dan lain-lainnya.
Sudah barang tentu suatu hal yang tepat kalau pada pengantar ini dapat diketengahkan uraian serba singkat sejarah dan perihidup Al-Mukarram Bapak K. H. Abd. Rahman Ambo Dalle, sebagai seorang Ulama besar di Sulawesi ini bahkan tidak asing bagi ummat Islam Indonesia.
Dan untuk itu dapat diketengahkan sebagai berikut :
- Beliau adalah putra satu-satunya dari kedua orang tuanya, yaitu Daeng Patobo dan Cendra Dewa dilahirkan di UjungE Sengkang Wajo, pada tahun 1900. Istri Beliau yang ada sekarang bernama Puang Marhawa dengan tiga orang putranya masing-masing, M. Aly Rusydi, Abd. Halim Mubarak, M. Rasyid Ridha. Adapun hobi Beliau pada masa mudanya dalam bidang olahraga adalah sepak bola.
- Pendidikan yang telah ditempuh oleh Beliau, mula-mula belajar mengaji di rumah tantenya yang bernama Imiddi, selama 15 hari dan kemudia hanya belajar di rumah diasuh oleh ibundanya sendiri karena kekhawatiran ibundanya atas keselamatannya dan dicegah dari pengaruh lingkunga yang dapat membahayakan perkembangannya. Dan setelah tammat Beliau pun dimasukkan mengaji tajwid (massara’ baca) pada pengajian neneknya yang bernama La Caco Imam UjungE dan kemudian menjadi guru mengaji membantu neneknya.
- Setelah itu Beliau belajar tajwid (baca pitue) pada seorang Ulama yang ahli dalam bidang ilmu itu dan hafal Al-Qur’an yaitu H. M. Ishaq yang lamanya sekitar 3 bulan. Sejak itulah Beliau dikenal oleh masyarakat Tancung dan sekitarnya (Wajo), sehingga banyak anak-anak yang berdatangan kepadanya untuk belajar mengaji
- Kemudian beliau ke Sengkang dan memasuki sekolah Volk-School dan kursus di HIS. Sesudah itu Beliau melanjutkan pelajarannya pada sekolah Guru Serikat islam di Ujung Pandang.
- Setelah itu Beliau kembali memperdalam pengetahuannya dalam ilmu Agama dengan memasuki sekolah Darul ‘Uluum Sengkang yang dipimpin oleh Sayyid Muhammad Al-Ahdaly, mengaji kitab pada Syekh H. Syamsuddin, demikian pula pada Syekh H. Ambo Amme, Syekh Abd. Rasyid Mahmud Al-Jawad, Sayyid Abdullah Dahlan, Sayyid Hasan Al-Yamany, dan Sayyid Alwi di Mekkah serta Syekh Muh. As’ad di Sengkang, disamping belajar secara tahassus juga menghafal Al-Qur’an
- Pengalaman Beliau antara lain pernah menjadi guru S1 di Sengkang, menjadi Presidium PSII di Sengkang, dan pengurus Wilayah PSII di Ujung Pandang serta pengurus pusat PSII.
- Menjadi sekretaris Kepala Sullewatang Tancung, kemudian menjadi pembantu utama syekh H. M. As’ad di Sengkang dan Belaiu lah yang menciptakan lambang yang dipergunakan oleh MAI Sengkang pada waktu itu, sampai Beliau pindah ke Mangkoso dan mendirikan di sana MAI (Madrasah Arabiyah Islamiyah) Mangkoso yang berdiri sendiri pada tahun 1939, tanpa ada ikatan organisatoris dengan MAI Sengkang.
- Berdasarkan hasil musyawarah Alim Ulama Sulawesi Selatan yang diselenggarakan di Watang Soppeng tahun 1947, maka MAI Mangkoso ini diintegrsikan menjadi organisasi darud da’wah wal- irsyad (DDI) yang sampai saat sekarang ini sebagai mudirul’am adalah Bapak K.H.Abd.Rahman Ambo Dalle, yang madrasah – madrasahnya tersebar diseluruh Indonesia.
- Pada zaman revolusi kemerdekaan Beliau menjadi tempat kunjungan para gerilnya yang akan menyebrang atau datang dari Jawa dengan maksud untuk di’doakan agar mereka menang, kemudian barulah mereka melanjutkan perjalananya kedaerah Cekke untuk bergerilnya.
- Beliau pernah menjadi Kadli Maluse Tasi (Pare-Pare), kemudian menjadi kepala kantor Urusan Agama kab. Pare-Pare, hingga pada saat Beliau terculik oleh gerombolan DI/TII di Desa Belang2 Maros pada tanggal 18 juli 1955. Beliau pernah pula ditunjuk oleh Mentri Agama mempersiapkan pembukaan Kantor2 Urusan Agama di Sulawesi
- Setelah Beliau berhasil kembali ke kota, Beliaupun berusaha mendirikan Universitas Islam DDI. Al-jami’ah Al-Islamiyah Ad-Dariyah pada tahun 1963, dan Beliaupun sampai saat sekarang Rektor UI-DDI Ad-Dariyah.
- Dalam setiap pembentukan Majelis Ulama di Sulawesi Selatan selalu ditunjuk sebagai penasehat atau ditempatkan di staf keketuaan. Dan pada kepengurusan Majelis Ulama Pusat yang ada pada saat sekarang, beliau termasuk Anggota Dewan Pertimbangan.
Perlu pula kiranya kami utarakan disini bahwa buku ini dikarang oleh Beliau adalah dimaksudkan untuk memberikan keterangan yang jelas kepada Umat Islam agar jangan salah jalan, akibat dari pada pengaruh-pengaruh tarekat yang sesat. Itulah sebabnya Buku ini bernama “ A-Qaulus Shadiq Fi Ma’rifatil Khaliq”.
Akhirnya kepada Tuhan jualah kami panjatkan Do’a, semoga buku ini lebih banyak lagi manfaatnya bagi masyarakat, bangsa dan agama, setelah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, Amien.
“MINALLAHIL MUSTA’AN WAILAIHIT TIKLAN”
Pare-Pare, 18 J. Akhir 1396 H
17 Mei 1976 M
Penterjemah,
Drs. Abd. Muiz Kabry.
====
silahkan like FB Fanspage ponpesalbadar dan follow twitter ponpesalbadar
====