DDI adalah hasil integrasi dari MAI Mangkoso. Sementara itu, dilihat dari segi nama dan identitas lambang MAI Mangkoso diilhami oleh MAI Sengkang, Wajo, meskipun tidak dalam posisi sebagai cabang atau bahagian formil dilihat dari sudut organisasi. Hal ini tidak mengherankan sebab waktu K.H. Abd. Rahman Ambo Dalle berada di MAI Sengkang, beliau termasuk salah satu santri yang diberi kepercayaan oleh K.H. Muh. As’ad untuk mendampingi beliau membina MAI Sengkang.
Lambang yang dipakai oleh MAI (As’adiyah) Sengkang sekarang ini merupakan karya dari K.H. Abd. Rahman Ambo Dalle. Pada saat MAI Sengkang mengalami pertumbuhan yang pesat, oleh Arung Matowa Wajo selaku sesepuh pesantren dan madrasah MAI Sengkang dipandang perlu ada lambang sebagai simbol perjuangan dan kepribadian. K.H.Muh. As’ad selaku pimpinan MAI menyetujui pembuatan lambang dengan mempercayakan kepada K.H. Abd. Rahman Ambo Dalle untuk mendesain, dalam pengertian membuat, yang ketika itu memegang peranan di MAI Sengkang sebagai penanggungjawab dalam pelaksanaan pendidikan MAI Sengkang.
Tugas membuat lambang ini diterima dengan baik oleh K.H. Abd. Rahman Ambo Dalle, dan akhirnya berhasil menciptakan tiga buah lambang untuk di ajukan kepada K.H.Muh. As’ad guna mendapat pengesahan salah satunya, diantaranya adalah:
1. Lambang yang berisikan Kalimat : La Ilaha il Lallah Muhammadan Rasulullah (الاله الاالله محمد رسول الله )
2. Lambang yang berbentuk bulan sabit, matahari terbit, dan tulisan (لـه دعـوة الحـق )
3. Lambang yang berbentuk tanda gambar Ka’bah
Dari ketiga buah lambang yang diajukan ternyata yang diterima oleh suatu pertemuan yang segaja dilaksanakan guna menilai dan memilih lambang tersebut adalah lambang yang berbentuk matahari terbit, bulan sabit, dan tulisan (له دعوة الحـق ).
Diantara yang hadir dalam pertemuan itu adalah:
1. Al Mukarram K.H.Muh. As’ad
2. Syekh Abdullah Dahlab
3. Syekh Hasan Yamani
4. Syekh Husain Bone
5. Syekh Mahmud Jawad
6. Syekh Muhammad Afifi
7. Syekh K.H. Ambo Amme
Sebenarnya waktu dibahas masalah lambang ini dalam pertemuan tersebut, di kalangan ulama ada yang cenderung untuk memilih lambang yang ada tulisan ”لاالـه الااللـه“ demikian pula lambang yang berbentuk Ka’bah dengan argumentasi masing-masing. Akan tetapi, oleh K.H.Muh. As’ad dijelaskan, bahwa lambang yang berbentuk Ka’bah beliau tidak berani memakainya karena itu adalah lambang kesatuan umat Islam di seluruh dunia, sedangkan lambang yang bertuliskan kalimat “لاالـه الااللـه “ tidak disetujuinya karena lambang ini ada persamaan dengan lambang kerajaan Arab Saudi, sehingga akan menimbulkan asosiasi yang bermacam-macam sekiranya lambang itu dipakai, terutama situasi masih dalam penjajahan Belanda.
Dengan pertimbangan itulah maka akhirnya lambang yang disepakati menjadi lambang MAI Sengkang adalah lambang yang berbentuk bulan sabit, matahari terbit, dan bertuliskan “ له دعـوة الحـق“. Dalam perjalanan sejarah, lambang ini pula yang menjadi lambang yang dipergunakan oleh MAI Mangkoso (DDI) pada awal berdirinya, sebab sebagaimana yang diketahui bahwa secara moril MAI Mangkoso erat sekali hubungannya dengan MAI Sengkang walaupun secara organisatoris tidak ada hubungan antara kedua MAI ini.
Adapun pengertian lambang yang dipergunakan oleh MAI Sengkang dan juga MAI Mangkoso berdasarkan penjelasan K.H. Abd. Rahman Ambo Dalle sebagai pencipta lambang tersebut adalah:
1. Matahari terbit ;
Menggunakan matahari terbit, artinya matahari itu adalah sumber cahaya, pengertian cahaya sebagai sumber ilmu pengetahuan dan ilmu dari Allah Swt diturunkan kepada hambanya dengan perantaran Rasulnya.
Dalam kaitannya dengan MAI, dengan lahirnya MAI diharapkan akan menjembatani turunya ilham dari Allah Swt dan mulai munculnya kelahiran ilmu pengetahuan.
2. Bulan Sabit;
Pemakaian bulan sabit dalam lambang ini berarti dengan adanya MAI, maka mulailah datang dunia yang terang dan membawa kebenaran sehingga akan lenyaplah masa kegelapan. Hal ini akan terjadi secara tertib sebagaimana peralihan dari cahaya matahari di siang hari kepada (sinar) bulan di malam hari.
3. Kalimat :له دعـوة الحـق
Kalimat ini mengandung pengertian yang mendalam sebab dengan kalimat ini meletakkan fungsi hakekat kehadiran MAI di tengah masyarakat.
Dalam usaha mendalami ajaran dan pengetahuan agama Islam serta segala ilmu lainnya terutama yang bertujuan untuk mengamalkannya dalam usaha mengajak manusia ke jalan yang benar, yakni kejalan yang diridhai oleh Allah Swt. Ini berarti bahwa yang ingin dicapai adalah kebahagian di dunia dan keselamatan di akhirat dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya, baik itu pengetahuan yang bersifat keagamaan maupun yang bersifat pengetahuan umum dengan landasan ketakwaan kepada Allah.
Lambang DDI yang telah diuraikan di atas digunakan di lingkungan DDI sejak lahirnya tahun 1947 sampai Muktamar DDI ke-11 di Watansoppeng pada tahun 1968. Pada Muktamar di Watansoppeng inilah lambang DDI mengalami perubahan sebagai berikut:
a. Pola dasar/unsur lambang
1. Matahari terbit
2. Bulan sabit
3. Bintang
4. Mihrab
5. Dasar hijau bulat
6. Tali melingkar dengan simpul erat
b. Tafsiran dan Pengertian
1. Matahari terbit, warna emas ditengah, garis lintang bulatan hijau dengan sinar berjumlah 25 berkas bersama lintasan pelangi, kalimat tauhid memberi arti bahwa matahari adalah sumber cahaya, cahaya dalam arti pengetahuan dan ilham dari Allah Swt. diturunkan kepada hambanya melalui rasul dengan prinsip tauhid, pengabdian kepada Allah disertai dengan hati yang lapang, jiwa yang suci, sabar, tawadhu’ didasari dengan iman dan taqwa yang mendalam.
هو الذي جعل الشمس ضيـاء والقـمـر نـورا …
“ Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya…” ( Q.S. 10 : 6)
2. Bulan sabit warna putih bersih menengadah ke atas. Garis tengah bulatan hijau juga adalah sumber cahaya yang memberi arti bahwa DDI senantiasa berjalan di atas penggarisan dan ketentuan wahyu Allah Swt, baik dalam peningkatan pengetahuan serta pengabdiannya kepada Allah swt maupun soal-soal hubungan kemanusian (muamalah) senantiasa berlangsung baik dan tertib. Merupakan peralihan dari cahaya matahari kepada sinar bulan, suatu estafet hidup dan kehidupan menuju keridhaan Allah.
وقدره منـازل لتعلـموا عدد السنسين والحسـاب …
“Dan ditetapkan manazilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu” (Q.S. 10 : 5).
3. Bintang warna kuning cemerlang lima buah di ufuk, setiap sinar jauh dari cahaya matahari tersebut adalah memberi arti bahwa DDI senantiasa melaksanakan kewajiban rukun Islam dan hukum Islam yang lima. DDI sebagai organisasi keagamaan yang berhaluan Ahlus Sunnah wal-Jama’ah akan senantiasa melaksanakan dan mendakwakan ajaran-ajarannya ke seluruh penjuru jagad ini.
وعـلمـت وبالنجـم هـم يهـتـدون
“Dan Dia ciptakan tanda (petunjuk jalan) dan dengan bintang-bintang itu mereka mendapat petunjuk”( Q.S. 16 : 16)
4. Mahrab warna putih tegak di tengah-tengah lambang dengan nama DDI berjenjang tiga hijau, memberi arti bahwa untuk mencapai dan memiliki kebahagiaan duniawi dan ukhrawi hendaknya dengan ilmu pengetahuan. Demikian juga, untuk memiliki pengetahuan haruslah memasuki lembaga pendidikan atau belajar. Oleh karena itu DDI sebagai pintu ilmu pengetahuan dunia dan akhirat tetap memberi kesempatan kepada umat Islam untuk bersama-sama memperjuangkan kepentingan umat dengan ikhlas dan jujur.
واللـه يدعـوا الى دار الـسـلام ويـهدي من يـشــاء الى صـراط مسـتـقـيـم
“Allah menyeruh manusia ke darussalam (surga) dam memimpin orang yang dikehendakinya kepada jalan yang lurus (Islam) ”
5. Dasar hijau bulat adalah gambaran kebulatan tekad dan jiwa yang dinamis dari masyarakat Islam Indonesia karena persamaan haluan yang diikat dalam DDI sebagai organisasi perjuangan umat Islam untuk melahirkan kader Islam yang bertakwa dengan dasar keimanan yang kuat.
ولو أن أهـل القـرى امـنـوا واتـقـوا لفتحـنـا عليـهم بركـت من الـسمـاء والارضى….
“Jika sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, maka pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi” ( Q.S. 7 : 96)
- Tali warna kuning melingkari bulatan hijau dengan suatu simpul ikatan erat dibawahnya mempunyai dua ujung kiri dan kanan memberi arti bahwa tali yang berlekuk 99 mengandung pengertian Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan lambang persatuan dan kesatuan karena persamaan prinsip. Warna kuning melambangkan kekuatan mental sekaligus lambang kebesaran Islam. Simpul yang erat dimaksudkan bahwa apa yang telah dicapai harus dipertahankan dengan kuat.
واعتـصمـوا بحبـل اللـه جميعـاولاتـفـرقـوا…
“Dan berpenganglah kamu semua pada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai berai ” (Q.S. 3 : 103)
واللـه الآسمـاء الحسـني
“ Dan bagi Allah ada nama-nama yang baik”
Pasca Muktamar DDI ke-11 di Watansoppeng masalah lambang ini senantiasa menjadi materi perdebatan di antara beberapa muktamirin. Pada satu pihak menginginkan mempertahankan lambang DDI yang diciptakan oleh K.H. Abd. Rahman Ambo Dalle pada awalnya, dan pada pihak yang lain berusaha untuk mempertahankan lambang hasil rumusan Muktamar DDI di Watansoppeng.
Pada Muktamar DDI ke-14 yang dilangsungkan di Parepare pada tahun 1979 masalah lambang ini muncul kembali. Bahkan sudah dikaitkan dengan mabda’ posisi (status kedudukan) DDI dalam konteksnya sebagai suatu organisasi. Artinya bukan hanya harfiah lambang yang dipersoalkan, tetapi juga dipersoalkan perlunya DDI kembali kepada posisi, terlepas dari semua kaitan baik itu kaitan melalui figur tertentu di DDI maupun kaitan dari segi persepsi orientasi politik, yakni kembali kepada ketentuan pada pasal 2 Anggaran Dasar DDI yang pertama yaitu tahun 1947 yang berbunyi: “Badan ini tidak mencampuri soal-soal politik”.
Beberapa waktu lalu seorang santri yang pernah nyantri di Barru, mengaku pernah bermimpi menemui Al-Mukarram Gurutta KH. Abd Rahman Ambo Dalle, dalam mimpinya Gurutta menjelaskan bahwa dengan penggunaan 5 lima bintang pada lambang DDI justru yang menyelamatkan DDI dari pembubaran sebagaimana yang dialami Masyumi, karena Pemerintah mencurigai kedekatan dan identiknya DDI dengan gerakan gerombolan DI/TII yang dipimpin oleh Kahar Muzakkar sehingga dengan adanya 5 bintang tersebut menjelaskan dengan tegas bahwa DDI adalah organisasi yang mendukung Negara Kesatuan Republik Indonesia.